Posted on

Permudah Kehidupanmu dengan Renewable Energy

This image has an empty alt attribute; its file name is Permudah-Kehidupanmu-dengan-renewable-energy.png

 

Teringat kembali pada beberapa bulan yang lalu, di siang hari yang amat terik, matahari sudah sampai di atas kepala. Hal ini membuat Angga berkeringat sejak keluar dari kostannya dan jalan kaki sampai ke kampus, belum lagi ini mendekati akhir bulan dimana membuat Angga sejenak berpikir tentang keuangannya. Beberapa menit sampai di kampus dan masuk kelas, Angga langsung fokus memperhatikan dosen yang sedang menerangkan. Hanya sebentar perkuliahan hari ini, sehingga ia tidak terlalu lama di kampus. 

Ketika pulang ke kostannya, Angga dibangunkan dengan suara meteran listrik di depan kamarnya yang menandakan token listrik akan habis dan mati. Angga terburu-buru langsung pergi ke ATM terdekat untuk melihat saldo. Rp. 20.000, Angga kemudian melihat dompet yang berisi 3 lembar uang kertas yang totalnya Rp. 30.000. Hanya total Rp. 50.000 mana cukup untuk membeli pulsa token listrik, belum lagi kebutuhan lainnya akan habis akhir bulan ini. 5 hari lagi Angga baru ditransfer orang tuanya, dan itu membuat Angga terdiam sejenak.

Hari sudah mulai sore, Angga akhirnya menghemat listrik dengan mematikan lampu, mencabut kabel yang tersambung dengan stop kontak yang tidak sedang dipakai demi bisa charge handphone selama 5 hari kedepan. Tiba-tiba ada yang mengetok pintu kamarnya dan segeralah Angga membuka pintu dan ternyata yang mengetok adalah penjaga kostan.”Kok gelap-gelapan Mas?” tanya Pak Bondan sambil mengintip sudut kamar Angga yang masih diterangi sedikit cahaya dari matahari. Biasa pak, akhir bulan belum dapat kiriman dari orang tua” kata Angga sambil menunjuk meteran listrik yang berbunyi dengan muka yang agak malu. Angga kembali duduk terdiam di kamar, untung saja batere handphonenya masih 80%. Hari sudah menjelang malam dan matahari pun mulai tenggelam. Hanya cahaya dari handphone yang menyinari wajah Angga sambil melihat-lihat aplikasi yang ada di handphonenya, tidak tau apa yang akan Angga lakukan malam ini.

Menjelang pukul 7 malam, Reno datang ke kostan Angga dengan niatan untuk mengajak makan dan sekedar main. Melihat kondisi kamar Angga yang gelap, Reno pun terkejut dan merasa kasihan kepadanya. “Mending pindah aja ke kostan yang lebih murah, besok gue temenin cari” ucap Reno, Angga pun hanya mengangguk untuk menandakan setuju. Setelah itu, Angga mengikuti ajakan Reno keluar kostan untuk mencari angin dan menemani Reno makan malam. Sampai di kostan Angga, Reno pun menjelaskan bahwa di kostan Reno sudah tidak lagi menggunakan meteran listrik dan tidak perlu membayar listrik setiap bulannya. Tetapi kostan yang ditempati Reno sudah penuh dipesan sampai beberapa bulan kedepan. Setelah mencari tahu, ternyata kostan yang ditempati Reno memakai Solar Panel, sehingga lebih hemat listrik. Mengetahui hal tersebut, Angga pun mencoba membujuk Pak Bondan selaku penjaga kostan untuk menggunakan apa yang sudah dijelaskan oleh Reno. “Pak, kostan temen saya udah ngga pake token-token lagi. Kostannya sekarang pake Solar Panel, jadi lebih hemat. Bapak gak mau pakai Solar Panel aja? Biar lebih hemat dan banyak yang mau kost disini” tanya Angga kepada Pak Bondan yang baru mengetahui apa itu Solar Panel.

“Alat apa itu mas? Saya baru tau ada yang namanya Solar Panel” tanya Pak Bondan dan dijawab oleh Reno “Solar Panel ini pokoknya alat yang biasa di atas atap rumah yang bisa menghasilkan listrik tapi pakai energi matahari pak, lebih hemat sama ramah lingkungan dan alat ini bisa dipakai sampai 20 tahunan kira-kira begitu pak.” Untuk lebih menjelaskan lagi tentang Solar Panel ini ke Pak Bondan, Reno pun menambahkan lagi, Solar Panel walaupun pakai energi matahari untuk menyalurkan listrik tetapi Solar Panel masih bisa dipakai saat malam hari karena Solar Panel ini bisa menyimpan energi listriknya sendiri dan ada baterenya untuk menyimpan energi tersebut. Jadi ibaratnya, kalau siang hari Solar Panel ini sedang di charge pakai sinar matahari. Jadi modelnya seperti handphone aja begitu. Lalu, Pak Bondan pun mulai mengerti namun diraut wajahnya masih menandakan sikap ketidak tertarikannya dengan alat yang bernama Solar Panel ini. 

Kemudian beberapa bulan pun berlalu, Angga kini akhirnya sudah pindah ke kostan yang memiliki fasilitas yang lebih modern dan salah satunya kostannya di dukung kelistrikannya dengan menggunakan Solar Panel. Angga pun tidak ada lagi mengeluhkan pembayaran listrik di akhir bulan karena sekarang bisa lebih hemat dengan Solar Panel tersebut. Dalam beberapa bulan ini pun beberapa kostan di dekat kampusnya sudah mulai beralih dari listrik token menjadi memakai Solar Panel. Lalu, Angga pun kemudian bertemu kembali dengan Pak Bondan yang tidak lain adalah penjaga kostannya yang dulu. “Eh mas Angga, apa kabar? Sekarang tinggal dimana? Ngomong-ngomong sekarang kostan saya juga sudah pakai Solar Panel loh, ternyata pakai token berat juga ya mas dan rumit” ucap Pak Bondan. Angga pun membalas bertanya dimanakah Pak Bondan memasang Solar Panelnya. Pak Bondan pun menjawab bahwa ia memasang Solar Panelnya lewat REEF. Angga pun senang karena Pak Bondan akhrinya mendengarkan saran dari Reno temannya untuk memakai Solar Panel melalui REEF. Karena REEF merupakan aplikasi financing berbasis Blockchain yang dapat memudahkan konsumen untuk memperoleh Solar Panel dari perusahaan JSKY selalu produsen Solar Panel tersebut, tentunya dengan sistem cicilan bertahap sehingga biayanya pun tidak begitu berat.

Oleh karena itu, REEF adalah solusi anda untuk mempermudah aliran listrik di kehidupan anda di zaman modern seperti ini dan salah satu cara untuk memanfaatkan panasnya matahari yaitu lewat penyediaan Solar Panel. Dengan mengubah gaya hidup anda dan beralih ke Solar Panel, anda minimal sudah turut membantu dalam kelestarian lingkungan. Tentunya dengan misi menjangkau seluruh masyarakat Indonesia untuk beralih ke Renewable Energy. Yuk mulai beralih dan pasang Solar Panel ini melalui REEF! Ingin tahu lebih banyak, langsung saja klik www.reef.id untuk informasi selengkapnya.

Posted on

Listrik Padam Petaka Datang

This image has an empty alt attribute; its file name is Listrik-Padam-Petaka-Datang.png

Aryo berusaha untuk memindahkan berbagai macam ikannya ke bak yang sudah diisi air baru, dan dia berusaha untuk membuat aerator buatan semampunya. Hal ini dilakukan karena pemadaman listrik di rumahnya yang tak kunjung menyala dan tidak ada titik terang sampai kapan hal ini terjadi. Aryo merupakan pengusaha ikan hias yang  sudah cukup populer dikalangan pecinta ikan hias, bisnis ini sudah digeluti oleh Aryo sejak dua belas tahun lamanya, kecintaannya terhadap ikan hias yang menjadi faktor pendorong baginya untuk membuka usaha yang kini sedang dia geluti. Dia menganut prinsip menjalankan hobi yang bisa menciptakan uang.

Selain memelihara ikan hias Aryo juga memelihara maggot atau ulat untuk pakanan ikannya, hari ini merupakan hari yang buruk baginya karena tiba-tiba listrik di tempat usahanya mati. Awalnya Aryo tidak begitu tegang dan masih santai saja dengan pemadaman listrik ini, karena dia beranggapan bahwa hal itu sering terjadi dan tidak akan berlangsung lama. Tapi ketika Aryo menunggu hingga empat jam dia mulai gelisah dan mulai tertekan karena ikan-ikannya tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Dia berusaha menghuungi rekan-rekannya untuk menanyakan apakah ada yang mempunyai jetset untuk dipinjamkan kedirinya agar ikan-ikan miliknya tidak mati.

Hal yang dilakukan Aryo untuk menghubungi rekan sejawatnya sia-sia karena ternyata bukan hanya dirumahnya saja yang mengalami pemadaman listrik. Namun, di semua Jakarta pada saat itu terjadi pemadaman listrik. Bahkan sampai kebeberapa titik di pulau Jawa mengalami pemadaman listrik yang sama. Ini membuat Aryo kewalahan harus memindahkan semua ikan-ikan miliknya ke dalam wadah lain dan berusaha menyelamatkan ikan-ikan miliknya sebanyak-banyaknya.

Ketika Aryo berusaha untuk memindahkan ikan-ikan miliknya Aryo juga harus menerima kenyataan bahwa banyak juga ikan miliknya yang tidak dapat dia pertahankan, beberapa jenis ikan miliknya mati, bukan hanya ikan namun bibit bakal ikan juga banyak yang mati. Hal ini membuat Aryo mengalami kerugian yang cukup besar. Selain ikan-ikan dan bibit ikan yang mati maggot miliknya juga banyak yang tak terselamtkan karena tidak adanya penghangat suhu ruangan yang biasa dia gunakan dengan bertenaga listrik.

Dalam praktik kesehariannya listrik memang menjadi kunci utama dalam beberapa bidang usaha, misalnya saja seperti Aryo yang menggunakan listrik untuk menghidupkan aerator aquarium miliknya, hal ini digunakan agar ikan-ikan Aryo dapat menghirup oksigen dengan baik, sehingga membuat ikan-ikan tersebut hidup dan dapat mengeluarkan warna yang cantik, dan ini mempengaruhi harga pasaran dari ikan hias tersebut.

Dalam bisnisnya Aryo sangat bergantung kepada listrik, bagaimana tidak? Aerator, penjaga suhu, serta lampu LED yang digunakan oleh Aryo semuanya memerlukan energi listrik. Maka dari itu ketika terjadi pemadaman listrik yang cukup memakan waktu tentu saja Aryo mengalami kerugian yang besar, karena selain dapat membunuh ikan-ikan hias miliknya, hal lain yang cukup merugikan adalah ikan-ikan miliknya bisa saja tidak mengeluarkan warna yang dapat memikat para pecinta ikan hias, sebab jika ikan kekurangan oksigen warna dari sisik yang mereka punyai tidak akan keluar dengan sempurna atau cenderung berwarna pucat.

Bukan hanya bisnis perikanan saja yang mengalami kerugian yang besar, bisnis konveksi milik Raihan juga merugi beberapa Miliar lantaran pemadaman listrik yang tidak menggunakan pemberitahuan terlebih dahulu ini. Usaha konveksi rumahan milik Raihan sebenarnya sudah memiliki tenaga listrik cadangan berupa genset, namun genset juga tidak dapat lama digunakan,  karena akinya perlu dicharge juga. 

Kerugian yang dialami Raihan bisa jadi sangat membengkak karena konveksi miliknya 80% bertenaga listrik, dari mulai pengguntingan bahan, lalu penjahitan sehingga menjadi baju, dan lalu bordiran baju/sablonnya pun menggunakan tenaga listrik dalam pengerjaannya. Ini baru usaha-usaha kecil yang notabene adalah usaha rumahan, belum lagi usaha-usaha yang besar seperti pabrik, perkantoran dan lain sebagai macamnya. Mungkin mereka memiliki listrik cadangan namun listrik tersebut juga tidak dapat bertahan lama.

Banyak hal yang dapat merugi jika listrik padam, jika dari sektor bisnis ini dapat menyebabkan kerugian, lain lagi di bidang kesehatan, seperti halnya yang di lami Adi. Adi harus merelakan adiknya meninggal lantaran tidak dapat terselamatkan akibat peralatan dirumah sakit saat itu tidak dapat dioperasikan karena tidak adanya tenaga listrik, hal ini seharusnya tidak terjadi namun ketika kejadian ini genset rumah sakitpun telah mati lantaran banyak alat-alat yang bersangkutan dengan listrik. Ini benar-benar mimpi buruk bagi Adi, dia harus merelakan kepergian adiknya.

Ketika pemadaman listrik ini terjadi sinyal provider pun tidak bekerja dengan baik, karena beberapa hal tidak dapat diakses secara online. Pada saat sepeti ini banyak data yang dikelola secara online juga menjadi rawan untuk di curi atau dimanipulasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Kerugian bisnis, kehilangan nyawa, bahkan kehilangan sinyal dapat terjadi ketika pemadaman listrik menimpa, tentu saja ini menjadi mimpi buruk bagi orang-orang yang mengalami hal ini. Inilah yang terjadi jika gardu besar listrik tertimpa masalah. Jika masyarakat menggunakan panel surya untuk menangkap sinar matahari dan mengalihkannya menjadi tenaga listrik tentu hal ini dapat meminimalisir kemungkinan-kemungkinan terburuk seperti yang terjadi di beberapa cerita di atas. Memang untuk membeli panel surya sangatlah mahal tapi saat ini hal itu bukanlah menjadi sebuah momok, karena dengan menggunakan aplikasi REEF dapat memiliki panel surya dengan sistem cicilan, yang dibutuhkan oleh perusahaan atau bahkan untuk industri rumahan sekalipun. Mulai beralihlah ke Renewable Energy lewat solar panel berkualitas dari REEF, ingin tahu lebih lengkap? Silakan kunjungi https://reef.id

Posted on

Solar Panel Memberi Seberkas Cahaya

This image has an empty alt attribute; its file name is Solar-Panel-Memberi-Seberkas-Cahaya.png

Negara kita sebenarnya kaya akan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan, sumber daya alam tersebut tanpa kita sadari bisa ditemukan di sekitar kita. Salah satunya bisa kita lihat dengan berlimpahnya cahaya matahari sebagai sumber energi yang bersih, murah dan terbarukan. Namun untuk sumber energi seperti ini masih belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk orang awam, kesan yang tercipta dari sumber energi ini adalah membutuhkan alat yang mahal, tidak efisien, masih dijangkau oleh kalangan terbatas serta rumit dalam penggunaannya. Apakah benar seperti itu? Kita bisa ambil contoh dari sebuah kisah berikut ini. Ada sebuah desa yang terletak di sebuah pedalaman di Indonesia, sebut saja Desa G. Dari pusat kota sendiri, perjalanan menuju Desa G ini memakan waktu sekitar 4 jam dan jarak dari Desa G ke desa lainnya bisa dibilang agak jauh. Pada awalnya, Desa G ini tidak pernah mendapat pasokan listrik sama sekali, untuk sumber penerangan masih mengandalkan lampu dari minyak tanah serta untuk bekerja para warganya pun masih memakai alat-alat seadanya dan berbahan bakar bensin.

Tetapi apabila malam tiba, Desa G ini pun menjadi terkadang gelap gulita karena jatah listrik yang diberikan harus dibagi ke beberapa desa lain di sekitarnya. Selama ini untuk penerangan pada malam hari mereka menggunakan minyak tanah dan genset berbahan bakar solar dan bensin. Selain terletak di pedalaman, jalan akses menuju desa ini masih berupa tanah yang masih bertabur batu kerikil dan apabila turun hujan, dipastikan lumpur maupun becek menjadi hambatan berat. Dalam satu malam saja, warga Desa G bisa menghabiskan 5 liter solar dan dalam satu bulan untuk mendapatkan cahaya listrik serta beraktivitas di malam hari dengan menggunakan listrik dari genset berbahan bakar solar, para warga harus merogoh kocek antara Rp 200.000 hingga Rp 500.000. Biaya yang cukup mahal bukan? Hal ini terus terjadi setiap malam, mengingat aliran listrik ke desa tersebut hanya dari siang hingga sore hari dan pada malam hari jika bahan bakar untuk genset habis, para warga pun terpaksa beristirahat dalam keadaan yang gelap gulita. Anak-anak di desa itu pun tidak bisa belajar dengan nyaman pada saat malam dan beberapa aktivitas di malam hari pun jika bahan bakar gensetnya habis pun akan terganggu. 

Seorang ibu rumah tangga setempat, bernama Marni mengungkapkan, sulit baginya untuk beraktivitas di malam hari karena keterbatasan bahan bakar untuk menyalakan genset. Marni yang sehari-harinya membuka usaha warung makan itu mengeluhkan biaya yang sangat mahal jika ingin mendapat aliran listrik. Sampai suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Adi yang melakukan penelitian di desa tempat Marni tinggal. Karena seringnya melakukan penelitian di desa tersebut, Adi pun menjadi langganan di warung makan milik Marni. Suatu hari Marni bercerita mengenai tarif listrik yang naik yang membuatnya bekerja ekstra keras untuk berjualan, Adi si pemuda yang menjadi pelanggan Marni tertarik dengan cerita tersebut, Adi sendiri memang sedang melakukan riset mengenai Solar Panel menjadi terinspirasi untuk membantu Marni. Adi dengan dibantu Marni pun berusaha menjelaskan tentang kegunaan Solar Panel ini ke warga setempat. Namun adanya kendala dalam penggunaan Solar Panel yang Adi ceritakan yaitu biaya yang sangat mahal dan lantas warga di desa tersebut pun menolak ide Adi ini. Tapi entah mengapa Marni sangat yakin dengan penggunaan Solar Panel ini, meskipun ia tidak terlalu paham dengan cara penggunaannya namun ia merasa pasti akan besar efeknya di kemudian hari. 

Marni pun meminta penjelasan lebih jelas kepada Adi agar ia dapat meyakinkan warga di desanya. Beberapa hari kemudian, Adi menelpon Marni, ia mendapatkan kabar bahagia terdapat perusahaan yang menjual Solar Panel dengan cara cicilan bertahap. Marni mulai mengeluarkan buku dan kalkulatornya dan menghitung berapa banyak yang dibutuhkan jika para warga setuju ikut patungan membeli Solar Panel ini yang dapat digunakan secara bersama-sama. Pada akhirnya Solar Panel ini pun dapat terbeli dan terpasang di desa tersebut dan semenjak ada Solar Panel tersebut, pengeluaran warga setempat dapat berkurang. Jika dahulu satu bulan mereka mengeluarkan Rp 500.000 hanya untuk beli solar, sekarang hanya Rp 30.000 dan ini sangat menguntungkan. Uangnya bisa dialihkan untuk keperluan lain. Sejak dialirinya listrik tenaga surya, denyut ekonomi di desa tersebut mulai terlihat. Usaha kecil mulai bermunculan dan anak-anak bisa belajar dengan tenang di malam hari. Selain untung secara ekonomi, pemanfaatan energi surya ini tidak bising dan bersih. Jika menggunakan genset akan menimbulkan suara bising, sementara itu kotor, banyak oli dan minyak genset bisa tumpah dan mengotori tanah. Warga setempat juga menyadari bahwa penggunaan energi surya tidak menghasilkan polusi, berbeda dengan penggunaan genset yang menghasilkan polusi asap solar dan bensin, mengotori udara dan termasuk polusi tanah. Marni dan warga Desa G pun dapat terbantu setelah adanya Solar Panel ini dan menurut Marni, memang kesan mahalnya terasa di awal namun selanjutnya warga tak harus mengeluarkan uang banyak, jadi tinggal perawatan peralatan secara berkala. Memang sudah seharusnya Indonesia meninggalkan energi listrik dari sumber fosil yang tidak ramah lingkungan dikarenakan Indonesia memiliki banyak sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk energi listrik.

Apakah anda ingin daerah rumah anda seperti kisah diatas? Jika memang anda mulai peduli tentang dampaknya nanti, mungkin beralih ke sumber Renewable Energy bisa menjadi pilihan. Seperti REEF sebagai aplikasi financing berbasis Blockchain yang hadir untuk memberi solusi bagi terciptanya kelestarian lingkungan dengan Solar Panel yang di produksi oleh perusahaan JSKY sebagai partner. REEF berkomitmen untuk menghasilkan energi bersih dan juga menginspirasi masyarakat untuk segera beralih ke Renewable Energy serta menjaga kelestarian lingkungan. Ingin tahu lebih lanjut? Langsung saja klik www.reef.id untuk informasi selengkapnya.

Posted on

Polusi Mengancam Kita Semua

This image has an empty alt attribute; its file name is Polusi-Mengancam-Kita-Semua.png

 

Akhir-akhir ini isu mengenai masalah polusi udara sedang ramai diperbincangkan. Tingkat polusi di kota-kota besar pun semakin mengkhawatirkan dan masuk ke dalam kategori tidak sehat. Udara pada dasarnya merupakan faktor yang paling penting dalam hidup dan kehidupan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, lalu disusul dengan berkembangnya sektor transportasi maka kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara. Kita sendiri pun sebagai makhluk hidup yang sangat bergantung pada udara ikut merasakan akibat dari pencemaran atau polusi udara ini. Banyak efek buruk yang dihasilkan dari pencemaran udara ini dan jika tidak ditanggulangi maka akan mengancam kelestarian lingkungan serta kelangsungan makhluk hidup di sekitarnya. 

Dari segi kesehatan salah satunya, pencemaran udara dapat berakibat pada terganggunya kesehatan dan pertumbuhan anak-anak. Misalnya timbulnya penyakit anemia, memang di masa pertumbuhan sel-sel darah merah terus diproduksi. Namun, karena masuknya timbal akibat emisi gas karbon akan merusak sel darah merah dan jumlahnya makin lama makin berkurang. Pada akhirnya anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan bisa menderita anemia. Timbal yang masuk ke dalam tubuh juga akan merusak sel-sel darah merah yang mestinya dikirim ke otak. Akibatnya bisa terjadi gangguan pada otak dan hal yang paling dikhawatirkan, anak-anak bisa mengalami gangguan dalam kemampuan berpikir, daya tangkapnya menjadi lambat dan tingkat IQ nya menjadi rendah. Sedangkan dalam hal pertumbuhan fisik, keberadaan timbal ini akan berdampak pada beberapa gangguan seperti keterlambatan pertumbuhan dan gangguan pendengaran pada frekuensi-frekuensi tertentu. Kalian tidak mau kan ini terjadi kepada anak-anak kita di generasi mendatang? Jangan kira hal ini hanya berdampak kepada anak-anak saja, orang dewasa pun juga bisa terkena dampak buruk dari polusi ini. Timbal yang dihasilkan dapat mempengaruhi sistem reproduksi atau kesuburan. Zat ini juga dapat mengurangi jumlah dan fungsi sperma sehingga bisa menyebabkan seseorang mengalami kemandulan. Timbal juga mengganggu fungsi jantung, ginjal dan bisa menyebabkan seseorang terkena penyakit stroke serta kanker. Untuk ibu hamil pun akan menghadapi resiko yang sangat tinggi jika kadar timbal dalam darahnya mencapai di atas batas normal. Timbal ini akan menuju ke janin dan menghambat tumbuh kembang otak janin tersebut. Resiko lain yang bisa terjadi dan paling menakutkan adalah ibu tersebut bisa mengalami keguguran. 

Yang perlu kalian ketahui, zat timbal layaknya musuh dalam selimut. Pada awalnya kadar timbal yang tinggi dalam darah tidak akan menunjukkan gejala penyakit namun baru akan nampak dalam jangka panjang. Sudah banyak studi yang dilakukan tentang polusi udara yang menghasilkan zat timbal ini dan hasilnya setelah dilakukan tes sampel darah sebanyak 400 yang diambil dari anak-anak usia sekolah di Jakarta, hasilnya sekitar 35% sampel memiliki kadar timbal di atas normal yang berada di dalam darah mereka. Angka ini melebihi ambang batas kadar timbal pada tubuh anak-anak yang ditetapkan CDC (Center for Deseases Control and Prevention) yang hanya 10 mikrogram per desiliter. Dampak lain pada pencemaran udara pada berdampak juga pada lingkungan sekitar kita, polusi dapat menghambat fotosistesis pada tumbuhan sehingga mengakibatkan tumbuhan tidak bisa menghasilkan oksigen. Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi juga dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit. Polusi udara ini juga dapat menyebabkan hujan asam. pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya zat CO2 di atmosfer. Zat-zat yang dihasilkan dari pencemaran udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan dan membentuk asam serta menurunkan pH air hujan. Hujan asam ini memberikan efek-efek buruk dalam kehidupan antara lain mempengaruhi kualitas air di permukaan, bisa merusak tanaman dan bisa melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga dapat mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan. Hujan asam ini juga bersifat korosif sehingga bisa merusak material dan bangunan. Akibatnya daya tahan dari sebuah bangunan menjadi tidak tahan lama.

Untuk menanggulangi terjadinya pencemaran udara, kita sendiri dapat melakukannya melalui beberapa usaha antara lain mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida, mengolah atau mendaur ulang limbah asap industri, melakukan penghijauan dan reboisasi atau pohon-pohon pengganti dan kita juga bisa mulai dari hal-hal sederhana seperti menghemat pemakaian listrik, karena seperti yang kita ketahui bahwa energi listrik yang kita pakai sekarang masih berasal dari pembakaran energi fosil yang dapat mengakibatkan emisi gas karbon. Selain menghemat listrik, kita juga dapat beralih ke sumber Renewable Energy, banyak sumber-sumber energi dari alam yang dapat kita manfaatkan untuk dapat menghasilkan listrik sebagai pengganti energi fosil tersebut. Salah satunya adalah energi surya dengan perantara alat bernama Solar Panel.

Solar Panel sendiri sebagai salah satu alat untuk menghasilkan Renewable Energy bisa jadi pilihan, mengingat sumber energi yang diterima oleh alat tersebut tak akan habis. Terlebih lagi untuk kita yang tinggal di Indonesia, negara kita berada di garis khatulistiwa sehingga sepanjang tahun akan terus disinari oleh matahari sehingga Solar Panel sangat potensial untuk menjadi sumber energi baru yang dipasang di rumah maupun gedung-gedung perkantoran anda. REEF sebagai aplikasi financing berbasis Blockchain dan bekerjasama dengan perusahaan JSKY sebagai produsen Solar Panel hadir sebagai solusi untuk mempermudah masyarakat yang tak ingin terus menjadi korban emisi karbon di masa depan. Dengan mengubah gaya hidup dan beralih ke Solar Panel, anda minimal sudah berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Ingin tahu lebih banyak tentang REEF langsung saja klik https://www.reef.id untuk informasi selengkapnya. 

Posted on

Perubahan Iklim Ikut Merubah Hidupku

This image has an empty alt attribute; its file name is Perubahan-iklim-ikut-merubah-hidupku.png

Ketika ku bangun dari tidur ku yang lelap, aku langsung membuka jendela dengan niat untuk menikmati udara pagi ini. Tetapi bukan indahnya pagi yang ku lihat, namun yang ku lihat hanya kabut yang menyelimuti gedung-gedung di sekitar rumah ku itu dan matahari pagi yang memancarkan cahayanya yang berkilau dan menerpa jendela kamar ku nampak kurang terang sinarnya akibat tertutup kabut yang menyelimutinya. Aku pun langsung pergi ke halaman lalu duduk dibawah pohon cemara yang sudah tua. Di sekelilingku tampak bunga-bunga kecil yang tumbuh asri dan ditemani oleh beraneka dedaunan kering yang terbaring dengan lekukan tak beraturan. Aku mulai menyapu daun-daun tersebut agar halaman ku terlihat bersih dari sampah daun tersebut.

Setelah aktivitas menyapu itu, lalu mataku melihat lebih jauh ke sekeliling wilayah rumah ku, banyak perubahan yang terjadi setelah 3 tahun aku tinggal di daerah ini. Yang kulihat sekarang, tempat-tempat di sekitar ku sudah sangat jauh berbeda. Tadinya sekeliling rumah ku dan tetangga ku masih banyak lahan-lahan yang ditumbuhi pepohonan yang rimbun pada saat awal aku pindah kesini, namun sekarang semuanya berganti dengan beberapa gedung perkantoran dan membuat daerah rumah ku menjadi pemukiman padat. Karena banyak gedung-gedung yang dibangun di sekitar rumah ku, hiruk pikuk kendaraan pun ikut jadi ikut bertambah dan kendaran-kendaraan yang tiada hentinya melaju di jalan pun meninggalkan kepulan-kepulan asap yang dimana menghasilkan gas karbondioksida dan membuat polusi udara. Belum lagi ditambah bisingnya suara-suara dari knalpot kendaraan bermotor yang membuat telinga ku sakit. Aku pun melihat sekeliling, ternyata daerah rumah tempat ku kini berada hanyalah sebuah komplek diantara gedung-gedung pencakar langit. Aku pun mencoba menghela nafas panjang, wangi bunga-bunga di halaman rumah ku yang tadinya enak dirasakan oleh hidung kini berganti dengan aroma yang tidak enak dan sungguh menyesakkan dada. Aku lalu mencoba pergi dari rumah ku dan berjalan langkah demi langkah menyusuri trotoar dan berharap dapat menghirup udara pagi yang segar, tetapi semakin jauh aku berjalan, malah semakin tidak enak rasanya dan membuat sesak dada ku.

“Akh… Polusi.” Aku bergumam dengan kesal.

Tepat di tepi trotoar aku berdiri, ku lihat banyak kendaraan yang berlalu lalang dan silih berganti sehingga membuat kemacetan di daerah tersebut. Aku mencoba bergegas dari tempat itu, tetapi beberapa meter aku berjalan, ku lihat lagi kendaraan dan masih saja terjadi kemacetan. Kenapa kemacetan selalu jadi permasalahan? Apakah tidak ada penanganannya? Mungkin itu hanya pertanyaan standar. Semakin padatnya gedung-gedung perkantoran di daerah ku, eksploitasi lahan untuk pembangunan gedung-gedung semakin gencar dilakukan pihak-pihak industri. Lalu dengan banyaknya gedung-gedung perkantoran, semakin banyaknya juga orang yang berlalu lalang ke tempat itu dan banyak juga yang menggunakan kendaraan bermotor. Solusi akhir dari kemacetan ini adalah menumpuknya kendaraan dan akibatnya menimbulkan polusi udara.

Aku pun mulai berpikir keras. Mungkin industri-industri seperti ini memang tidak mengganti dengan hal yang lebih baik, tapi mereka menggantinya dengan pagar-pagar beton. Mereka pun tidak menyadari bahwa tumbuh-tumbuhan dan bumi kita sedang menangis, meratapi polusi-polusi yang datang untuk membunuh mereka. Hal-hal seperti bencana alam yang datang adalah bukti kemurkaan mereka, dan tentunya akan merugikan kita juga. Ingatkah beberapa tahun silam, ketika kampanye perubahan iklim sedang digembar-gemborkan? Kita baru bertindak ketika pemborosan energi telah terjadi, sebelumnya kita seakan acuh pada lingkungan kita sendiri dan akibat pemborosan energi serta asap dari kendaraan bermotor tersebut sekaligus memberikan efek rumah kaca pada langit akibat gas pembuangan yang mengapung di atmosfir serta memberikan efek buruk terhadap sejuta umat manusia di dunia. 

Pentingnya menjaga lingkungan harus diterapkan sejak dini dan kita semua harus paham betul tentang dampak yang akan terjadi jika kita tidak menjaga lingkungan dengan benar. Janganlah menjadi manusia yang egois, alam ini bukan hanya milik generasi kita, masih ada generasi-generasi selanjutnya yang ingin merasakan kesejukan pepohonan serta keasrian lingkungan. Janganlah ditebang sembarangan, masih akan ada generasi yang ingin merasakan udara pagi yang sejuk dan teduh serta jangan pula mencemari udara dengan asap kendaraan. Saat ini pun banyak Renewable Energy yang bisa menjadi pilihan terbaik dalam menghadapi situasi seperti ini. Banyak yang kita bisa manfaatkan dari alam sekitar kita sebagai sumber energi mulai dari matahari, angin, panas bumi dan bahkan air. Tanpa kita sadari, matahari memberikan banyak manfaat dalam kehidupan dan salah satunya bisa sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan tanpa menghasilkan emisi gas karbon yang dapat mencemari udara. Sinar matahari yang kita dapatkan dapat diolah menjadi energi dengan perantara alat seperti Solar Panel.

Solar Panel sendiri sebagai salah satu alat untuk menghasilkan Renewable Energy bisa jadi pilihan, mengingat sumber energi yang diterima oleh alat tersebut tak akan habis. Terlebih lagi untuk kita yang tinggal di Indonesia, negara kita berada di garis khatulistiwa sehingga sepanjang tahun akan terus disinari oleh matahari sehingga Solar Panel sangat potensial untuk menjadi sumber energi baru yang dipasang di rumah maupun gedung-gedung perkantoran anda. REEF sebagai aplikasi financing berbasis Blockchain hadir sebagai solusi untuk mempermudah masyarakat yang tak ingin terus menjadi korban emisi karbon di masa depan. Bekerjasama dengan perusahaan JSKY sebagai produsen Solar Panel, REEF mengajak kita untuk mengubah gaya hidup dan beralih ke Solar Panel. Jika bisa dilakukan, anda minimal sudah berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Ingin tahu lebih banyak tentang REEF langsung saja klik https://www.reef.id untuk informasi selengkapnya.